Ini strategi Jawa Tengah kembangkan potensinya
SEMARANG. Kehadiran tol trans Jawa yang membentang dari ujung Barat hingga Timur pulau Jawa membawa banyak manfaat, mulai dari memangkas waktu perjalanan hingga menjadi pintu masuk para penanam modal serta wisatawan.
Di sisi lain, muncul kekhawatiran dari pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang mempunyai lapak di luar jalur tol. Mereka yang selama ini memanen rezeki dari kehadiran para pengendara jalur pantura, takut omzetnya bakal turun drastis lantaran pengguna jalan lebih memilih masuk di jalan tol.
Tapi menurut Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo para pelaku usaha tidak perlu takut. Lebih baik, mereka menjadikan tol trans Jawa sebagai dorongan untuk survive.
Toh, Presiden Joko Widodo sendiri telah meminta kepada pengelola rest area tol trans Jawa untuk mengajak para pelaku UKM memenuhi tenant yang sudah disediakan.
Pemerintah di kota dan kabupaten pun diharapkan bisa ikut mendorong usaha para pelaku UKM dengan membuat event-event supaya muncul pusat belanja baru di daerahnya. Untuk bisa meningkatkan pertumbuhan daerahnya, beberapa pemimpin kabupaten/kota juga mengajukan usulan pembangunan gerbang (exit) tol di daerahnya.
Magnet untuk investor
Sudah bukan rahasia bila tol trans Jawa berhasil memangkas waktu perjalanan antar daerah menjadi lebih cepat. Misalnya, dari Jakarta ke Semarang hanya butuh waktu 5 jam dan Semarang ke Pemalang dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam.
Kecepatan berpindah-pindah tempat ini dijadikan senjata utama pemerintah daerah Jawa Tengah untuk mengundang para penanam modal lewat pembangunan kawasan industri dan lainnya.
Pemerintah daerah bertekad membuat perizinan penanam modal lebih mudah serta menertibkan pungutan liar, agar para investor nyaman menjalankan usahanya.
Ganjar optimis Jawa Tengah bakal kebanjiran investor alasannya, posisi daerah yang strategis, masih banyak lahan kosong yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan industri, properti, dan lainnya, serta tingginya jumlah produktif sumber daya manusia (SDM).
Pemerintah daerah juga bertekad membuat perizinan penanam modal menjadi lebih mudah serta menertibkan pungutan liar di setiap daerah, agar para investor nyaman menjalankan usahanya.
Namun, pemerintah di kabupaten dan kota juga diharapkan bisa tetap memperhatikan rencana tata ruang wilayah (RTRW), masalah lingkungan, dan masyarakat sekitar. “Sehingga, warga setempat dapat ikut berpartisipasi, tidak hanya menjadi penonton,” tutur Ganjar.
Walau industri tekstil dan turunannya yang jadi andalan Jawa Tengah, menurut Ganjar investor di hampir semua sektor industri tertarik untuk berinvestasi di kawasannya. "Perusahaan steel Jepang mau masuk," katanya. Sayang, dia enggan menyebutkan nama perusahaan dan jenis investasinya.
Genjot jumlah wisatawan
Jawa Tengah juga memiliki banyak destinasi wisata yang menarik. Mulai dari wisata alam, sejarah, sampai perkotaan. Candi Borobudur tentunya menjadi salah satu destinasi wisata unggulannya.
Kaya akan destinasi wisata dan efisiennya waktu perjalanan antar daerah diharapkan dapat menggenjot minat wisatawan berkunjung ke Jawa Tengah.
Ganjar menargetkan sepanjang tahun 2019 ini jumlah kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri yang mengunjungi Jawa Tengah bisa mencapai 2 juta orang.
Tidak hanya mengandalkan ruas jalur tol trans Jawa, pemerintah daerah juga merencanakan untuk membangun tol pendukung yakni tol Jogjakarta, Solo, Semarang (Joglo Semar) untuk mempermudah akses masyarakat.
Lainnya, setiap daerah yang strategis bakal dilengkapi dengan sarana transportasi bandar udara. Misalnya, Karimun Jawa sehingga wisatawan lebih mudah sampai ke tempat tujuan.
Selain itu, Ganjar juga mendorong para pengelola tempat wisata membuat event untuk menarik perhatian wisatawan. Misalnya, pengelola candi Borobudur menggelar acara dengan menjadikan candi sebagai magnetnya.
Di harapkan pula di sekitar lokasi muncul desa wisata yang menawarkan pengalaman wisata berbeda seperti menampilkan seni budaya, kerajinan, hingga olahraga ekstrem.
"Bila bisa diintegrasikan masyarakat bisa lebih cepat sejahtera," tandasnya.